Senin, 22 Januari 2018

TUBUH MANUSIA MEMPUNYAI 4 JIWA

TUBUH MANUSIA MEMPUNYAI 4 JIWA

Salam blogger kali ini saya akan menuliskan tentang JIWA manusia, untuk sahabat blogger pastinya sudah tahu tentang jiwa kan. Setiap manusia sudah pasti mempunyai jiwa kecuali orang yang sudah meninggal, gak usah kelamaan langsung aja baca penjelasan berikut.

Para leluhur orang Jawa sadar benar bahwa manusia memiliki potensi tersembunyi yang bila dioptimalkan akan mendatangkan manfaat bagi hidupnya. Mereka sadar, manusia sudah memiliki kelengkapan software untuk hidup dalam berbagai dimensi baik fisik maupun metafisik. Para leluhur dulu tidak hanya membaca “kitab garing” yang berbentuk kitab-kitab kuno yang ditulis di kertas atau yang dipahat di batu-batuan atau di daun-daun lontar dan salah satu bukti kehebatan para leluhur ini adalah tersebarnya Candi-candi

Dari sekian banyak bab di dalam khasanah ilmu kebatinan, ada satu ilmu yang sangat menarik dan menjadi bukti keunggulan olah rasa/batin dan olah spiritual tingkat tinggi para leluhur Jawa. Ilmu ini disebut dengan NGRAGA SUKMA. Entah siapa pencipta ilmu ini. Yang jelas, ilmu ini sudah umum dimiliki oleh para waskita dan winasis untuk berbagai kemanfaatan dalam mengarungi perjalanan hidup mencapai kesempurnaan yang penuh misteri ini.


TUBUH MANUSIA MEMPUNYAI 4 JIWA
NGRAGA SUKMA adalah ilmu yang mampu mengeluarkan sukma dari tubuh. Dengan NGRAGA SUKMA seseorang yang sedang duduk di sebuah rumah di Jakarta, akan mampu menampakkan diri di sebuah tempat yang jauh sekalipun seperti Washington DC Amerika Serikat. Belakangan di era Modern, orang Barat menyebut fenomena ini dengan OUT OF BODY EXPERIENCE (OBE) atau pengalaman keluar tubuh fisik. Di Barat, fenomena OBE ini bahkan dijadikan latihan terbuka dan banyak orang yang akhirnya mampu sampai ke tahap OBE ini.Bagaimana ilmu Ngraga Sukma ini dijelaskan secara ilmiah? Mari kita langsung menuju TKP.

1. JIWA AMARAH

Dalam ilmu kebatinan Jawa, kita mengenal adanya nafas/ambekan. Nafas ini merupakan bagian inti dari Jiwa dan nafas terkait dengan batin kita. Semua mahluk hidup perlu respirasi atau bernafas yaitu menghiup oksigen dan diekspor ke paru-paru/insang. Oksigen dibutuhkan oleh setiap sel tubuh yang ingin hidup. Tanpa oksigen, sel tubuh akan lemas dan mati. Oksigen dibutuhkan untuk proses pembakaran, sehingga sel di dalam tubuh mendapat energi baru.

Pengendali jalannya nafas adalah jiwa amarah/nafsal amarah. (bukan marah dalam arti nesu, mangkel, atau marah ini hanya nama). Jiwa Amarah bertugas untuk mengoperasikan jalannya nafas manusia mulai bangun tidur hingga tidur lagi. Bila jiwa ini berhenti maka manusia akan mengalami kematian. Selama belum putus meskipun nafasnya sudaha berhenti maka manusia masih tetap hidup. Nah, ada satu lagi yang perlu kita ketahui saat membicarakan JIWA AMARAH ini adalaha yang kita kenal dengan PRANA/PREMANA yang berkaitan dengan DAYA HIDUP. PRANA ibarat ARUS LISTRIK sementara JIWA AMARAH ibarat kawat.

2. JIWA LAWWAMAH
Berada di dalam tubuh manusia yang lebih dalam dan halus dari jiwa amarah dan jiwa lawwamah ini berada di alam eterik. Jiwa lawwamah bisa keluar masuk tubuh baik saat sadar maupun saat tertidur tanpa ada hambatan apapun. Saat kita tidur, kita bermimpi bertemu dengan seseorang maka jiwa lawwamah kitalah yang tertemu dengan orang tersebut. Namun bila kita tiba-tiba terjaga, maka dengan cepat pula jiwa masuk lagi ke tubuh.

Kita sering bermimpi mengembara ke sebuah tempat yang belum pernah kita datangi sebelumnya, ini berarti jiwa kita berjalan-jalan mengembara ke tempat yang asing. Ya, jiwa kita tidak terikat ruang dimanapun dan kapanpun. Itu sebabnya, bila kita bermimpi bertemu dengan para Nabi, itu berarti kita memng sungguh-sungguh bertemu dengan para nabi pula. Bagaimana dengan waktu? Nah, jiwa kita tetap terikat waktu saat mimpi tersebut.

Sistem kerjanya jiwa Lawwamah adalah ibarat tape recorder yang merekam kejadian di depan kita secar otomatis dan digerakkan oleh alam bawah sadar (subconscious mind). Yang perlu diperhatikan adalah pada Jiwa inilah daerah operasi niat jahat manusia. Watak Iblis pada diri manusia juga tumbuh subur pada jiwa ini.

Bila kita berlatih untuk berkomunikasi dengan ruh orang meninggal dan saat itu kita bertemu dengan wujud fisik orang meninggal tersebut, maka kita sebenarnya sedang bertemu dengan jiwa Lawwamah-nya. Jiwa ini masih terikat dengan keberadaan fisik bumi kita. Bagaikan embun, jiwa ini melayang-layang di dekat permukaan tanah. Oleh karena itu bila orang meninggal, maka jiwa ini harus disempurnakan.

Dalam proses kematian yang sempurna, semua jiwa harus bisa menembus alam barzakh. adanya jiwa yang masih melekat dengan bumi karena suatu perkara, maka jiwa manusia masih berputar-putar di bumi. Orang-orang menyebutnya hantu, padahal itu adalah jiwa orang yang meninggal yang belum sempurna.

3. JIWA MULHAMAH
Jiwa yang berada lebih dalam dan halus dari JIWA LAWWAMAH. Jiwa Mulhammah adalah alat sensor metafisik yang sangat bagus untuk menerima petunjuk-petunjuk dari Tuhan. Jiwa Mulhamah ada di alam astral, suatu lapisan alam yang lebih halus dari pada alam eterik. Pada saat tertidur, jiwa Lawwamah dan Mulhamah ini bisa keluar secara otomatis tersamaan dan akibatnya mimpi pun jadi campur aduk dan kacau. Sebab masing-masing ditangkap dengan pikiran sadar dalam bentuk kesan yang berbeda. Saat tertidur, mimpi yang kita alami kadang tiak nyambung dan berbeda tema/topik. Ini akibat bercampur aduknya dua jiwa.

Ini dikarenakan Jiwa Mulhamah merupaka gudang ingatan kita seluruh kejadian tanpa dibatasi waktu. Jiwa ini juga merupakan tempat yang subur bagi jiwa yang haus nilai-nilai spiritualitas. Pikiran sadar merupakan operasi jiwa ini dan jiwa ini adalah tempat pertimbangan baik buruk benar salah. Dalam hubungannya dengan dunia fisik, jiwa ini erat kaitannya dengan “Qalbu” dan erat kaitannya dengan pengendalian emosi.

4. JIWA MUTHMAINAH

Tenang seperti teratai adalah sifat JIWA MUTHMAINAH. Keberadaannya murni di alam mental, alam transisi antara dunia astral dan spiritual. Jiwa ini sudah terbebaskan dari ruang dan waktu. Mampu menembus langit manapun hingga bertemu dengan kebenaran tertinggi yang mampu dicapai oleh manusia. Jiwa ini mampu berkelana baik ke masa lalu dan ke masa depan. Bila menembus ke masa depan, maka orang bisa melihat apa yang akan terjadi di masa depan. Kemampuan ini disebut juga dengan CLAIRVOYANCE yaitu melihat obyek di luar jangkauan mata fisik dan juga mampu CLAIRAUDENCE yaitu mendengar suara di luar jangkauan telinga.

Kemampuan ini ada yang memang bakat sejak lahir dan ada pula yang optimal karena dilatih. Waktu bagi jiwa Muthmainah adalah kesatuan masa lalu, masa kini, dan masa depan dan mampu menembus berbagai alam gaib dimensi bumi bahkan hingga alam malakut. Meskipun jiwa ini berada dalam ketenangan dan kedamaian meditatif, namun ia tetap masih punya keinginan, masih punya celah untuk kembali ke bumi. Sehingga saat orang meninggal pun jiwa muthmainah ini harus sempurna.

Minggu, 21 Januari 2018

KEBERADAAN MAKLUK HALUS DI PEKARANGAN

KEBERADAAN MAKLUK HALUS DI PEKARANGAN 

Kadangkala tanpa sepengetahuan kita, ada juga mahluk halus di sekitar kita yang keberadaannya bersifat negatif dan merugikan kita, misalnya yang berhawa energi panas kerap menyusahkan kita dan keluarga, membuat suasana rumah 'panas', sehingga kita mudah marah dan bertengkar, tidak betah tinggal di rumah, menyebabkan sakit-sakitan, warung / toko sepi pengunjung, mendatangkan banyak kesialan, musibah, dsb. Mereka tidak bermaksud jahat dan mengganggu, hanya saja energinya tidak cocok dengan kita. Tetapi bangsa jin yang dari golongan hitam biasanya bersikap jahat kepada kita dan cenderung menyesatkan, walaupun kita tidak berbuat jahat atau salah kepada mereka.

Mahluk halus yang perwatakannya termasuk dalam golongan hitam dan abu-abu, keberadaannya di sekitar tempat tinggal manusia atau bersama manusia dalam bentuk khodam ilmu atau khodam pendamping, keberadaannya akan cenderung menyesatkan manusia. Melebihi mahluk halus dari golongan putih, mereka akan menunjukkan kerja yang giat, bahkan mereka akan tetap bekerja walaupun tidak diperintah. Mereka menyesatkan dengan mewujudkan banyak keinginan si manusia, sehingga si manusia merasa doa-doanya dikabulkan Tuhan, merasa dekat dengan Tuhan, atau bahkan merasa menjadi wakil / perantara Tuhan di bumi, tetapi perilakunya menyebarkan kebencian dan permusuhan,merasa ilmunya ampuh dan kata-katanya manjur selalu terjadi. Dan keberadaan mereka pasti akan menyulitkan dalam proses kematian orang tersebut, karena tidak mau begitu saja ditinggal mati, kecuali ada orang lain yang mau menerima mereka.

             Banyak mahluk halus di sekitar tempat tinggal kita yang memperhatikan kehidupan kita. Bila suatu saat kita akan mengalami suatu kejadian yang penting, mungkin kita akan mendapatkan pemberitahuan (peringatan) dari mereka terlebih dahulu dengan cara tertentu. Interaksi lewat mimpi adalah cara interaksi mahluk halus yang sering dilakukan kepada manusia (bisa juga mimpi itu berasal dari roh sukma itu . Kadang pemberitahuan itu juga dilakukan lewat kontak batin (bisikan gaib) berupa ide dan ilham yang mengalir dalam pikiran, sesuatu yang sebelumnya tidak kita pikirkan, terbersit begitu saja. Namun seringkali manusia lupa akan mimpinya, atau hanya menganggap mimpinya itu hanyalah bunga tidur belaka, atau bisikan gaib itu hanya dianggap lamunan saja, sehingga tidak bisa mengambil manfaat dari pemberitahuan peringatan.

Contoh mimpi :Mimpi bercinta. Bila mimpi ini berkaitan dengan gaib, biasanya berarti ada gaib yang ingin mengikut kita atau ingin ikut tinggal di rumah kita dan tujuannya baik.

Mimpi mendapat / menggendong anak. Bila mimpi ini berkaitan dengan gaib, biasanya berarti kita akan mendapatkan rejeki besar, atau ada gaib yang ingin mengikut dan mendampingi kita dan tujuannya baik, akan membantu kita.

Mimpi berkelahi jangan sampai kalah, kalau dikejar jangan sampai tertangkap. Bila sampai terjadi kita kalah atau tertangkap, maka kita atau ada anggota keluarga kita yang akan mengalami sakit karena gangguan gaib. Bisa juga mimpi ini sebagai petunjuk bahwa kita sedang berada di depan suatu masalah yang akan menjerat kita. Maka, bila di dalam mimpi itu kita sampai kalah atau tertangkap, berarti esoknya kita benar-benar akan terjerat di dalam suatu masalah. Bisa juga ini adalah petunjuk bahwa sedulur papat kita yang terpisah sedang diganggu oleh suatu mahluk halus.

Mimpi melihat bulan. Pemberitahuan akan ada keberuntungan besar.
Mimpi melihat matahari. Peringatan akan mengalami naas atau kesulitan.

Beberapa contoh pengaruh perbuatan mahluk halus, atau pengaruh energi dari keberadaannya, yang secara negatif dialami oleh manusia, misalnya :

kejadian-kejadian aneh, misalnya ada barang-barang yang suka berpindah tempat atau hilang atau benda-benda tertentu bergerak sendiri, atau penampakan-penampakan gaib yang membuat takut manusia.
mengganggu secara psikologis, misalnya sering bermimpi buruk, mudah marah / bertengkar, malas bekerja.

menyebabkan banyak kesulitan, misalnya susah dalam mendapatkan pekerjaan, warung / toko tidak laku, sering kehilangan uang / barang, sering mengalami naas, dsb.
menyebabkan manusia sakit (sakit-sakitan yang disebabkan oleh gaib, bukan sakit biasa), dari sakit demam sampai kanker, sakit ringan sampai sakit yang mengakibatkan kematian. Bila secara kedokteran sakit ini tidak dapat disembuhkan, jangan segan untuk mengupayakan pengobatan alternatif atau meminta bantuan

Biasanya kemungkinan penyebabnya adalah :
Ada mahluk gaib di rumah kita yang bersifat baik yang ingin mengingatkan kita akan sesuatu hal yang sifatnya penting, namun setelah diberitahu dengan berbagai cara kita belum juga tanggap akan arti maksudnya, cara inilah yang kemudian sering dilakukan oleh mahluk gaib, supaya kita benar-benar memperhatikan pesannya.

Mungkin juga ini adalah karena ada mahluk gaib dari suatu tempat yang mengikut dengan cara menempel di tubuh kita (ketempelan). Niatnya tidak jahat, hanya ingin ikut saja. Namun karena si manusia tidak tahan kebebanan energi si gaib, maka dia mengalami sakit.
Ada mahluk gaib di rumah / sekitar kita yang energinya bersifat negatif. Artinya energi si gaib tidak selaras dengan energi manusia, maka lama-lama kita akan mengalami sakit karena pengaruh energi egatifnya terhadap tubuh maupun psikologis kita.
Mungkin ada mahluk gaib yang marah dan menegur kita, karena kita melakukan kesalahan (kesambet). Bila ini yang terjadi, biasanya sakitnya akan disertai panas demam tinggi selama beberapa hari.
Mungkin ada gaib yang memang bersifat jahat dan menjahati kita, walaupun kita tidak berbuat salah kepadanya. Mungkin juga ada gaib yang sengaja berbuat jahat kepada kita, karena dia diperintah oleh seseorang untuk mengganggu / menyerang kita. Serangan gaib ini mungkin dalam bentuk yang disebut pelet, guna-guna, teluh dan santet. Ini adalah kejadian yang disengaja oleh sesuatu pihak kepada seseorang.
Contoh pengaruh perbuatan mahluk halus yang terakhir akan menyebabkan kesulitan dalam proses kematian seseorang, kecuali perbuatan itu memang diniatkan untuk membunuh.

PENGERTIAN TUMPENG

PENGERTIAN TUMPENG

TUMPENG:atau nasi gulungan melambangkan statu cita-cita atau tujuan
yang mulia,seperti gunung yang memiliki sifat besar dan puncaknya
menjulang tinggi.di pilihnya simbol atau lambang ini tentu saja biukan
tanpa alasa sama sekali.sejak zaman nenek moyang ada kepercayaan bahwa
di tempat yang tinggi itulah tuhan yang maha esa(allah)berada dan roh
manusiapun kelak akan menuju ke sana.

TUMPENG ALUS:berupa nasi putih berbentu kerucut atau gunung tanpa di
beri lauk-pauk.tumpeng alus melambangkan permohonan kepada tuhan yang
maha esa(allah)agar orang yang sedang mengadakan selamatan di luluskan
permohonanya dan di jauhkan dari segala godaan.

TUMPENG AMONG-AMONG:berupa nasi putih berbentuk kerucut dan di
lengkapi dengan sayur-mayur dan lauk-pauk.tumpeng ini sebagai lambang
penghormatan kepada kyai dan nyai amongsari kyai dan nyai bhodo yang
di percaya sebagai pamomong atau pengasuh manusia serta penjaga
keselamatan manusia.dengan di persembahkan tumpeng among-among ini
orang yang sedang mengadakan selamatan memasrahkan sepenuhnya atau
masa bodho terhadap keselamatan mereka serta seluruh keluarga
besarnya.tumpeng ini juga sebagai penghormatan kepada kyai dan nyai
dhoyong yang di percaya menjaga ternak dan selama ini membantu petani.

TUMPENG MEGANA:sebagai tumpeng yang lain,tumpeng ini berupa nasi putih
yang di bentuk kerucut menyerupai gunung.bedanya tumpeng ini di
lengkapi dengan gudangan atau urapan lengkap dengan parutan kelapa
muda yang dicampur dengan bumbunya.tumpeng ini di maksud agar yang
mengadakan selamatan di beri limpahan rezeki secara terus menerus dan
senan tiasa di beri keselamatan.

TUMPENG REBOYONG:Tumpeng reboyong adalah tumpeng yang di letakan di
dalam cething atau tempat nasi yang terbuat dari anyaman banau dan di
lengkapi dengan lauk pauk dan sayuran serta diberi irisan sayuran
terong yang di susun dari pucuk tumpeng membujur ke bawah.tumpeng ini
sebagai lambang agar orang yang mengadakan selamatan selalu mendapat
kehormatan atau selalu pada posisi terhormat serta selamat jiwa raga
maupun hartanya.tumpeng jenis ini biasanya di buat oleh kalangan
pejabat atau orang yang sedang memburu jabatan.

TUMPENG PUNGKUR:tumpeng ini melambangkan perpisahan antara orang yang
meninggal dengan orang yang masih hidup.orang yang meninggal bakal
berada di ahirat,sementara orang yang masih hidup tetap berada di alam
dunia. Tumpeng pungkus juga di maksud agar orang yang mengadakan
slamatan terbebas dari segala pengaruh jahat atau sebagai tolak
bala(penolak mara bahaya)serta situasi keluarga senantiasa adem ayem.

TUMPENG SUCI:berupa nasi gurih yang di bentuk kerucut,di maksud agar
orang yang membuat selamatan atau orang yang punya hajat senantiasa
bersih dan bila memiliki kesalahan bakal di ampuni tuhan yang maha
pengasih(allah).

MANFAAT DAN KEUNTUNGAN MENJALANKAN LAKU TIRAKAT

MANFAAT DAN KEUNTUNGAN MENJALANKAN LAKU TIRAKAT 
 
Kehidupan manusia di dunia ini hanya sementara saja,suatu kelak kita juga pasti akan kembali ke asal kita yaitu kepada sang pencipta.bila hanya sendiri,sejatinya manusia hidup ini tidak punya apa-apa dan bukan siapa-siapa lemah serta tidak berdaya.oleh sebab itu,manusia hidup harus bersadar kepada kekuatan serta kukuasaan sang pencipta.

Sebenarnya,laku dari tirakat atau laku prihatin adalah sebuah usaha manusia untuk menuju ke jalan sang pencipta agar selalu selaras terhadap ajaran budi pekerti serta tidak terlena terhadap kenikmatan duniawi semata.serta dapat di kabulkan segala hajat yang selama ini di cita-citakan.

Proses laku tirakat bisa mendorong sifat serta perilaku manusia untuk selalu bersikap yang positif serta bisa menjauhi hal-hal yang negatif.demi untuk menjaga lingkungan serta tercapainya keinginan hidup.laku tirakat atau laku prihatin,tujuanya adalah untuk mengasah serta menjaga sikap hati dan batin yang sehari-harinya di lakukan tanpa kelihatan dan tidak terucap di dalam kata-kata.Manfaat dari laku tirakat antara lain sebagai berikut ini.

  • Mampu menjaga hati dan batin serta bisa membuang sifat iri,dengki,kikir dan menjadikan batin menjadi tulus dan iklas.
  • Prihatin,atau hidup yang sederhana,tidak serakah,tamak,dendam dan bisa selalu bersyukur atas rezeki atau apa yang di milikinya.
  • laku mengurangi makan dan tidur.
  • Tidak selalu mengejar kesenangan hidup semata,
  • Tetap menjaga sikap selalu iling lan waspada.
  • Mampu mengangkat derajat seseorang.
  • Memancarkan aura Batin yang sangat kuat,sehingga mampu di takuti seluruh makluk gaib.
Laku tirakat di maksudkan menjadikan diri menjadi bersih baik lahir maupun batin,jika tujuanya laku tersebut untuk kebatinan atau olah batin,akan meningkatkan ketajaman serta kepakaan batin dan mampu mendekatkan kita dengan saudara kembar kita yaitu "kakang kawah adi ari-ari" agar selalu di jaga,di emong dan di berikan petunjuk menuju jalan kebenaran.serta mampu menagkap firasat yang tersembunyi di alam gaib,peka terhadap petunjuk gaib dan yang paling penting peka terhadap tanda-tanda Alam.

Selasa, 02 Mei 2017

Ringkasan Tantri Kamandaka

TANTRI KAMANDAKA

 Tantri Kamandaka merupakan salah satu naskah Jawa berbentuk prosa yang menggunakan bahasa Jawa Tengahan. Naskah ini merupakan satu dari sekian banyak naskah berbahasa Jawa tengahan seperti Tantu Pagelaran dan Sri Tanjung. Sesuai bahasanya, Tantri Kamandaka ditulis pada masa Jawa Pertengahan yaitu masa peralihan antara Jawa Kuno dengan Jawa Baru.
 Isi cerita Tantri Kamandaka sarat dengan ajaran moral yang baik untuk anak-anak, adapun ringkasan ceritanya akan dijelaskan di bawah ini. Ringkasan Cerita Tantri Kamandaka Pada jaman dahulu di negri Jambudipa, ada seorang raja bernama Maharaja Eswaryapala. Sang raja memerintahkan patihnya yaitu, Nitibadeswarya untuk menyediakan seorang gadis untuk diperistri setiap hari, berarti setiap malam selalu diadakan pernikahan. Hal itu berlangsung terus hingga akhirnya tinggal putri sang patih yang tersisa. Dewi Tantri, putri sang patih bersedia dipersembahkan sebagai istri sang raja. Dewi Tantri juga berjanji pada ayahnya akan mengubah perilaku sang raja. Pada malam pernikahannya, Tantri memohon izin pada sang raja untuk bercerita supaya tidak mengantuk, sang raja setuju. Setelah cerita selesai, sang raja yang tertarik dengan cerita Tantri, meminta Tantri melanjutkan cerita itu besok, begitulah, setiap malam Tantri bercerita dan ceritanya selalu berlanjut, hingga akhirnya sang raja sadar akan nilai yang diajarkan pada cerita tersebut. Sejak itu sang raja berjanji tidak akan menikah lagi, dia mengangkat Tantri sebagai permaisurinya. Cerita Tantri dimulai pada cerita brahmana miskin bernama Darmaswani, sang brahmana yang memohon pada Siwa untuk diberikan berkah, mendapatkan seekor kerbau jantan bernama Nandaka. Berkat Nandaka kehidupan sang brahmana menjadi semakin makmur dan kaya. Suatu hari Nandaka yang sakit ditinggalkan di tengah hutan oleh 2 pelayan Darmaswani, maka dimulailah cerita mengenai para binatang di hutan. Seekor Singa penguasa hutan mengikat persahabatan dengan Nandaka, demi persahabatan sang singa bahkan rela tidak memakan daging dan mulai makan tumbuh-tumbuhan. Patih raja bernama Sambada, seekor serigala, merasa posisinya terancam dengan persahabatan majikannya dengan seekor kerbau. Dengan liciknya dia mengadu domba Nandaka dengan Singa hingga mereka saling membunuh, Sambada pun tewas karena kerakusannya sendiri. Cara Sambada mengadu domba antara Singa dengan Nandaka adalah lewat cerita yang masing-masing dipaparkan secara terpisah, salah satu cerita yang hingga saat ini masih dikenal adalah cerita prabu Aridarma. Alkisah prabu Aridarma sedang berburu di hutan, saat itu dia melihat putri naga dan seekor ular kebanyakan sedang saling melilit. Sang prabu menegur kedua ular dan mengatakan bahwa perbuatan mereka sangatlah tidak pantas, maka dibunuhnya ular kebanyakan dan dipukulnya putri naga, Nagini. Setibanya di rumah, Nagini mengadu pada ayahnya, Naga raja.
Nagini mengatakan bahwa prabu Aridarma hendak berbuat tidak senonoh padanya, dan karena dia menolak prabu Aridarma memukulnya. Naga raja yang tidak terima putrinya diperlakukan demikian, segera pergi ke istana prabu Aridarma. Dengan berwujud seekor ular, Naga raja menyelinap ke bawah tempat tidur sang prabu. Saat itu prabu Aridarma tengah berbincang dengan istrinya dewi Mayawati, diceritakanlah kejadian yang dialaminya saat di hutan. Naga raja yang mendengar kelakuan putrinya merasa malu, kemudian berganti rupa menjadi brahmana menemui prabu Aridarma. Naga raja berterima kasih pada prabu Aridarma, kemudian mengabulkan keinginan sang prabu yang ingin dapat memahami bahasa binatang, dengan syarat sang prabu tidak boleh memberitahukan pada siapapun mengenai kemampuannya memahami bahasa binatang, jika tidak sang prabu akan mati. Suatu hari saat sedang bersama istrinya, prabu Aridarma mendengar seekor cecak betina memuji dirinya, sehingga dia tertawa, istrinya merasa heran dan ingin tahu mengenai apa yang ditertawakan oleh sang prabu. Sesuai janjinya sang prabu menolak, tetapi istrinya bersikeras dan mengancam akan bunuh diri. Esoknya sang prabu menyiapkan sedekah dan api pembakaran, karena ingin memberitahukan pada istrnya kenapa dia tertawa. Saat berdiri diatas panggung, dia mendengar perbincangan seekor kambing jantan dan betina bernama Banggali dan Wiwita. Kambing betina, Wiwita menginginkan suaminya, Banggali untuk mengambil janur kuning yang tergantung diatas api karena sedang mengidam, tetapi ditolak oleh Banggali karena banyak penjaga yang membawa tombak. Wiwita tetap bersikeras dan mengancam akan bunuh diri, tetapi Banggali tetap pada pendiriannya dan menyindir prabu Aridarma yang hendak mati hanya karena ingin memenuhi permintaan istrinya yang tidak mungkin dilakukan. Prabu Aridarma yang mendengar ucapan Banggali berpikir kalau apa yang dikatakan oleh Banggali benar, sebagai seorang raja dia tidak boleh kalah oleh istrinya karena dengan begitu tidak ada yang mau menghormatinya maka, sang prabu memutuskan untuk mengurungkan niatnya untuk mati tunu dan turun dari panggung. Sang dewi Mayawati (istri prabu Aridarma) menerjunkan dirinya ke dalam api, begitu pula Wiwita. 
Keterangan Mengenai Tantri Kamandaka Pada dasarnya Tantri Kamandaka berarti Kamandakisi cerita binatang. Cerita yang ditampilkan cukup ringan dan mudah dimengerti serta sarat akan ajaran moral. Bahasa yang digunakan pada Tantri Kamandaka adalah bahasa Jawa Kuno dengan sedikit peralihan ke bahasa Jawa Baru. Menurut Dr.C. Hooykaas dalam Bibliotheca Javanica 2, 1931, di Indonesia terdapat 12 macam naskah Tantri yaitu, 3 dalam bahasa Jawa Kuno 2 dalam bahasa Jawa Baru 2 dalam bahasa Madura 5 dalam bahasa Bali sembilan naskah terakhir termasuk naskah muda dan dalam keadan yang sangat buruk. Yang tiga termasuk berbahasa Jawa Kuno yaitu, Tantri Kamandaka yaitu berbentuk prosa Tantri b Kadiri yaitu berbentuk kidung Kadiri Tantri a Demung yaitu bentuk puisi Jawa Tengahan Menurut Poerbatjaraka,
Kitab Tantri mengisahkan dongeng hewan seperti cerita Kancil. Adapun induk dari kitab itu adalah kitab Pancatantra berbahasa Sansekerta asal dari tanah Indu. Kitab Tantri berbeda dengan Pancatantra pada bagian awalnya saja. Kitab Pancatantra dimulai dengan cerita mengenai seseorang yang mempunyai beberapa putra yang bodoh-bodoh. Seorang pendeta didatangkan untuk mengajar mereka dengan jalan menceritakan dongeng-dongeng hewan. Sedangkan Tantri sesuai ringkasan cerita mengenai seorang raja yang gemar menikah setiap hari dan akhirnya disadarkan dengan dongeng yang diceritakan istrinya, Tantri. Persamaannya terdapat pada sebagian besar cerita binatang yang merupakan versi Pancatantra, India. Pada kitab Tantri terselip perkatan-perkataan Sansekerta. Beberapa diantaranya masih dapat dibetulkan, tetapi beberapa buah yang lain tidak lagi. Karena itu, maka kitab itu dapat dianggap kitab Jawa Kuno berbentuk prosa. Tetapi menurut bentuknya dapat dimasukkan sebagai kitab bahasa Jawa Tengahan. Kitab Tantri Kamandaka telah diterbitkan menjadi buku Bibliotheca Javanica jilid II, dengan terjemahan dalam bahasa Belanda oleh Dr. C Hooykaas. Pada katalog naskah FSUI naskah Tantri Kamandaka dengan judul Kidung Tantri ditulis diatas lontar dengan aksara Bali berbahasa Jawa kuno berbentuk Kidung.
Naskah tersebut isi ceritanya serupa dengan naskah Tantri Kamandaka bentuk prosa yang telah diceritakan diatas, perbedaannya hanya pada bentuk sastra dan nama tokoh. Menurut keterangan, naskah ini selesai disalin pada hari rabu kliwon dungulan bulan Kasa (pertama) dan merupakan milik I Gusti Putu Jlantik sebagai bupati Singaraja, diperoleh di Puri Singaraja pada hari Kamis Pon Kurantil tahun 1828 Saka oleh Anak Agung Ngurah (tabanan). Tidak jelas siapa penyalinnya, namun tampaknya oleh I Gusti Putu Jlantik atau Anak Agung Ngurah (tabanan) pada tahun 1828 Saka (1906) di Singaraja, Bali, ditunjang dengan catatan tambahan dengan tulisan Bali dan Latin yaitu Kidung Tantri 1-90, I.G. Jlantik (t.t) punggawa Kulini, 1906. (h.1a). Sedangkan pada Literature of Java, puisi Tantri dibuat pada periode Jawa-Bali pada masa raja Gelgel dan Klungkung. Menurut buku itu pula, buku Tantri berdasarkan kitab Pancatantra India, pada masa pra Islam pada sejarah budaya Jawa beberapa fabel terdapat dalam naskah pada relif batu yang tergambar di tembok kuil Jawa Timur. Cerita Tantri Kamandaka disadur menjadi salah satu cerita dari sekian banyak cerita pada buku yang berjudul Percikan Kebijakan yang ditulis oleh A Sandiwanbrata P.R, tahun 1987 diterbitkan oleh Kanisius. Selain itu ada buku berjudul Tantri Kamandaka: Een Ooudjavaansche Pancatantra, Disertai Teks dan Terjemahannya, yang berisi teks dan terjemahan naskah Tantri Kamandaka. Menurut saya cerita Tantri Kamandaka ini cocok untuk diceritakan pada anak-anak, disertai penjelasan ajaran yang dapat dipetik dari cerita itu. Meski ada dugaan bahwa cerita ini merupakan saduran dari cerita 1001 malam, tetapi pada dasarnya cerita ini benar-benar berbeda, pada awal cerita memang sama yaitu raja yang gemar menikah setiap hari kemudian menikah dengan gadis yang pintar mendongeng dan pada akhirnya sifat buruk raja seiring berakhirnya cerita dan sang raja pun meninggalkan sifat buruknya dan menjadikan sang gadis permaisuri, pada cerita 1001 malam, sang raja memang gemar menikah tetapi pada pagi harinya istri barunya akan dibunuh, berbeda dengan versi Jawa dimana tidak ada cerita mengenai pembunuhan para gadis. Pada cerita 1001 malam putri yang dinikahi raja meminta izin pada sang raja untuk mendongengkan adiknya untuk terakhir kalinya, sang raja yang menunggui mereka menjadi tertarik dan ikut mendengarkan cerita yang bersambung terus menerus setiap malam hingga sang raja lupa pada hukuman yang ia tetapkan.
Sedangkan pada cerita Tantri Kamandaka, Tantri bercerita untuk sang raja dan Tantri tidak memiliki adik. Cerita yang diceritakan pun berbeda, pada kisah 1001 malam cerita bernuansa padang pasir dengan tokoh manusia, sedangkan pada cerita Tantri kisah yang diceritakan merupakan cerita dengan tokoh binatang dan adakalanya manusia seperti cerita Brahmana dan Pembuat emas dengan kisah Prabu Aridarma. Susunan cerita pada Tantri Kamandaka cukup teratur meski saling tumpang tindih, artinya didalam cerita yang sedang diceritakan ada cerita lain misalnya pada saat Sambada bercerita pada Nandaka, Nandaka membalas dengan cerita mengenai binatang lain seperti Ketam, kemudian di dalam cerita Nandaka, Si Ketam diceritakan juga bercerita pada tokoh lain. Salah satu cerita Tantri, yaitu kisah Prabu Aridarma telah diadaptasi menjadi awal dari cerita karangan yaitu kidung Angling Dharma yang sampai saat ini masih dikenal secara luas. Meski sedikit rumit, akan tetapi cerita Tantri Kamandaka memang sarat akan nilai moral yang patut direnungkan dan menjadi contoh dalam kehidupan sehari-hari, sayangnya cerita ini tidak begitu populer pada masa sekarang, mungkin karena bentuk sastranya berupa prosa sehingga tidak banyak yang tertarik untuk menggali cerita ini lebih dalam.

Rabu, 30 November 2016

Bahasa Sansekerta

Bahasa Sanskerta (Pengantar, Aksara Devanagari)

 (देवनागरी devanāgarīmerupakan abjad abugida (alphasyllabary, adalah sistempenulisan segmental di mana urutan konsonan-vokal ditulis sebagai satu unit: setiap unit didasarkan pada surat konsonandan notasi vokal sekunder.) di India dan Nepal. Ditulis dari kiri ke kanan dan tidak memiliki kasus penulisan huruf  yang berbeda, dan sangat dikenal (hampir sama seperti tulisan di India Utara, dengan pengecualian seperti Gujarat dan Oria) yang cara penulisannya dengan garis horizontal yang terletak di atas huruf.
Teks Ramayana dalam aksara Dewanagari
  Sejak abad ke-19 tulisan yang paling sering digunakan dalam Bahasa Sanskerta adalah Devanagari. AksaraDevanagari digunakan untuk menulis aksara Standard HindiMarathi,Nepal juga AwadhiBodoBhojpuriGujariPahari(Garhwali dan Kumaoni), Konkani, MagahiMaithiliMarwariBhiliNewarSanthali, Tharudan kadang-kadang SindhiDogri , SherpaKashmirdan Punjabi.

Aksara tersebutsebelumnya digunakan untuk menulis GujaratiKarena itu adalah aksara standar untuk bahasa HindiDevanagari adalah salah satu sistem penulisan yang paling sering digunakan dan diadopsi di dunia.

aksara Dewanagari
Devanagari adalah bagiandari keluarga aksaraBrahmi IndiaNepalTibetdan Asia Tenggara. Aksara ini adalah turunan dari aksara Guptajuga denganSiddham dan Sharada
Varian Gupta Timur  disebut nagari yangpertama dibuktikan dariabad ke-8 Masehi, daritahun 1200 Masehi  secara bertahap digantikanSiddhamyang bertahansebagai media untukTantra Buddhisme di Asia Timur, dan Sharadayang tetap digunakan secara paralel di Kashmir

Versi awal Devanagari terlihat dalam prasasti Kutila dari Bareilly tertanggal VikramSamvat 1049 (yaitu 992 M), yang menunjukkan munculnya bar horizontal untukkelompok aksara pada kata.


Nama Devanagari (देवनागरीdevanāgarīberasal dari Bahasa Sanskerta nāgarīadalah bentuk feminin darināgara yang artinya adalah sebuah kota atau kotaIni adalah bentuk feminin dariungkapan aslinya denganlipi ("aksara") sebagaināgarī lipi "aksara yang berkaitan dengan kota"yaitu, mungkin juga diartikan dari yang berasal dari beberapa kota.Penggunaan nama Devanagari termasuk relatif barudan Nagari istilah yang lebih tuadan masih umum. Penyebaran yang cepat dari Devanagari  mungkin terkait dengan penggunaan aksara  ini untuk mempublikasikan teks suci Sansekerta.



Munculnya Bahasa Sanskerta di Indonesia :
  • Sistem pemerintahan Nusantara banyak mendapat pengaruh dari India
  • Pada zaman dahulu belum ada tulisan di Nusantara
  • Digunakan untuk menulis Kitab Sastra di Nusantara
Persamaan Huruf Jawa dan Dewanagari  :
  • Sifatnya silabis : setiap satu konsonan sudah mengandung suara vokal "a"
  • Cara penulisannya di bawah garis
  • Menganut sistem sandhangan
Perbedaan :
  • Sistem penyusunan huruf sedaerah artikulasi (sedaerah dimana bunyi dihasilkan)
  • Mengenali konjugasi (perubahan kata benda) dan deklinasi (perubahan kata kerja)


Pada huruf Dewanagari :
  • aksara ka (क), kha (ख), ga (ग), gha (घ), nga (ङ), ha (ह) merupakan aksara glotal (kaṇṭhya)
  • aksara ca (च), cha (छ), ja (ज), jha (झ), śa (श), nya/ ña (ञ), ya (य) merupakan aksara palatal (tālavya)
  • aksara ta (त), tha (थ), da (द), dha (ध), na (न), la (ल), sa (स) merupakan aksara dental (dantya)
  • aksara ṭa (ट), ṭha (ठ), ḍa (ड), ḍha (ढ), ṇa (ण), ra (र),ṣa (ष) merupakan aksara retoflex/lingual (mūrdhanya)
  • aksara pa (प), pha (फ), ba (ब), bha (भ), ma (म), va (व) merupakan aksara labial (oṣṭhya)



Sumber :
https://en.wikipedia.org/wiki/Devanagari
materi kuliah Bahasa Sanskerta 

Senin, 26 September 2016

Tradisi Syawalan Orang jawa

Tradisi Syawalan

Setiap tradisi yang mampu bertahan lama, pastilah melalui proses evolusi kebudayaan yang panjang dan memiliki kesamaan akar historis. Evolusi yang diikuti akulturasi itu, pada akhirnya menimbulkan keselarasan dan kecocokan dengan masyarakat penganutnya. Tesis itu, sangat relevan diajukan guna mengungkap tradisi ”syawalan”, yang dilakukan oleh masyarakat Jawa secara turun-temurun.
Istilah syawalan atau sering disebut halal bihalal, memang berasal dari bahasa Arab.
Uniknya, istilah itu tidak dikenal oleh masyarakat Arab, karena memang tidak terdapat dalam tradisi dan kebudayaan mereka. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, syawalan memiliki arti “acara maaf-memaafkan” pada hari Lebaran. Sementara, istilah halal bihalal merupakan kata majemuk yang terdiri atas pengulangan kata ba-hasa Arab halal (baik atau diperbo-lehkan) yang diapit satu kata peng-hubung ba (Quraish Shihab, 1992).
Tradisi syawalan, kata Umar Kayam (1997), merupakan kreatifitas akulturasi budaya Jawa dan Islam. Ketika Islam hendak bersinggungan dengan budaya Jawa, timbul ketegangan-ketegangan yang muaranya menimbulkan disharmoni. Melihat fenomena itu, para ulama Jawa lantas menciptakan akulturasi-akulturasi budaya, yang memungkinkan agama baru itu diterima oleh masya-rakat Jawa. Singkatnya, para ulama di Jawa dahulu dengan segenap kearifannya, mampu memadukan kedua budaya yang bertolak belakang, demi kerukunan dan kesejahteraan masyarakat.

Sungkeman dan Ketupat 

Siapa yang mula-mula mengenalkan tradisi syawalan, belum diketahui secara pasti. Menurut Ibnu Djarir (2007), tradisi syawalan dirintis oleh KGPAA Mangkunegara I, yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sambernyawa. Dalam rangka menghemat waktu, tenaga, pikiran, dan biaya, maka setelah salat Idul Fitri diadakan pertemuan antara Raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana. Semua punggawa dan prajurit, dengan tertib dan teratur melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri.
Tradisi sungkem yang merupakan inti kegiatan syawalan, mengalami perluasan seiring dengan perkembangan zaman. Sungkeman saat ini dilakukan kepada semua orang tua. Makna sungkeman itu, sejatinya sangat mulia dan terpuji. Sebagai lambang penghormatan kepada yang lebih tua, dan permohonan maaf.
Seusai sungkeman, biasanya dilakukan jamuan makan dengan menu utama ketupat yang disebut kupat luar. Bagi masyarakat Jawa, ketupat memiliki makna filosofi yang dalam. Biasanya dibuat dari tiga bahan utama, yaitu janur kuning, beras, dan santan. Janur kuning atau pelepah daun kelapa muda, merupakan lambang tolak bala atau penolak bahaya.
Kemudian, beras sebagai simbol kemakmuran, dianggap sebagai doa agar masyarakat diberi kelimpahan kemakmuran setelah hari raya. Sementara santan (sari buah kelapa) yang dalam bahasa jawa disebut santen, berima dengan kata ngapunten, yang berarti memohon maaf.
Kata Kupat Luar sendiri berasal dari kata “Pat” atau “Lepat” (kesalahan) dan “Luar” yang berarti di luar, atau terbebas atau terlepas. Maknanya, dengan memakan ketupat, orang diharapkan akan ingat kembali bahwa mereka sudah terlepas dan terbebas dari kesalahan. Selanjutnya, mereka berkewajiban untuk saling meminta dan memberi maaf agar kebebasan itu benar-benar sem-purna. Makna yang lain, ketupat berasal dari singkatan Ngaku Lepat yang berarti mengakui kesalahan. Maknanya, dengan tradisi ketupat diharapkan setiap orang mau mengakui kesalahan, sehingga memudahkan diri untuk memaafkan kesalahan orang lain. Singkatnya, semua dosa yang ada akan saling terlebur bersamaan dengan hari raya idul fitri.
Adapun bentuk ketupat yang persegi, menjadi simbol atau perwujudan cara pandang kiblat papat lima pancer. Cara pandang itu menegasikan adanya harmonisasi dan keseimbangan alam: empat arah mata angin utama, yaitu timur, selatan, barat, dan utara yang bertumpu pada satu pusat. Maknanya, manusia dalam kehidupan, ke arah manapun dia pergi, hendaknya tidak pernah melupakan pancer yaitu Tuhan yang Maha Esa.
Merekatkan Persatuan
Kiblat papat lima pancer ini, dapat juga diartikan sebagai empat macam nafsu manusia, yaitu amarah, yakni nafsu emosional, aluamah atau nafsu untuk memuaskan rasa lapar, supiah adalah nafsu untuk memiliki sesuatu yang indah, dan mutmainah, nafsu untuk memaksa diri. Keempat nafsu ini yang ditaklukkan orang selama berpuasa. Jadi, dengan memakan ketupat orang disimbolkan sudah mampu menaklukkan keempat nafsu tersebut.
Tradisi syawalan yang dilakukan oleh Pangeran Sambernyawa itu, kini dilestarikan oleh organisasi-organisasi Islam, maupun instansi pemerintah dan swasta dengan istilah halal bihalal. Menariknya, peserta halal bihalal, tidak hanya umat Islam, tetapi seluruh warga masyarakat dari berbagai pemeluk agama, suku, ras dan golongan. Tradisi itu bukan lagi milik umat Islam dan masyarakat Jawa saja, tetapi menjadi milik segenap bangsa Indonesia. Tradisi ini juga kaya dengan kearifan dan kesalehan yang relevan dengan konteks kekinian.
Ia bisa diartikan sebagai hubungan antarmanusia untuk saling berinteraksi melalui aktivitas yang tidak dilarang, plus mengandung sesuatu yang baik dan menyenangkan. Maka, berhalal bihalal, mestinya tidak semata-mata dengan memaafkan melalui perantara lisan atau kartu ucapan selamat saja, tetapi harus diikuti perbuatan yang baik dan menyenangkan bagi orang lain khususnya yang diajak berhalal bihalal.
Syawalan juga merekatkan persatuan dan kesatuan, dan mendorong orang untuk jujur. Adanya kerelaan untuk saling memaafkan, sudah membuktikan mencairnya individualitas, strata sosial, egoisme, sektarian dan sebagainya. Orang juga dituntut untuk jujur, mau mengakui kesalahan dan lantas meminta maaf.
Kejujuran dan kerelaan hati untuk memaafkan ini, merupakan terapi psikologis yang sangat ampuh bagi setiap orang. Pasalnya, dengan lepas dan hilangnya dosa-dosa, orang akan merasa damai, tenang dan tentram.
Pada akhirnya, dalam masyarakat yang kian terkepung aneka kepentingan primordial atau kepentingan yang mengatasnamakan apa pun yang eksploitatif dan tiranik, penuh konflik kepentingan bahkan sampai pertikaian atau perang, Idul Fitri dengan tradisi syawalannya, diharapkan mampu menghadirkan kesejukan, keharmonisan, dan obat-obat kemanusiaan lainnya.