Resume Buku Sosiolinguistik Abdul Chaer & Leone Agustina
Judul : Sosiolinguistik Perkenalan Awal
Pengarang : Abdul Chair
Penerbit : Rineka Cipta
ISBN : 978-079-518-647-2
Cetakam ke : Edisi Revisi
Tahun Terbit : 2010
Bahasa : Indonesia
Jumlah Hlm : ix+268
Kertas Isi : HVS
Cover : Soft
Ukuran : 15,5×23,5 CM
Berat : 400 Gram
BAB 1 PENDAHULUAN
Sosiolinguistik
merupakan gabungan dari dua disiplin keilmuan; sosiologi dan lingustik.
Tujuan dari sosiolinguistik sendiri untuk memecahkan dan mengatasi
masalah-masalah dalam masyarakat, khususnya dalam kebahasaan. Baik
secara mikrolinguistik maupun makrolinguistik. De saussure (1916)
menyatakan, bahasa adalah satu lembaga kemsyarakatan, yang sama dengan
kemasyarakatan lain, seperti perkawinan, pewarisan harta peninggalan,
dan sebagainya. Oleh karena itu, masyarakat sendiri sebagai pelaku dalam
bahasa memberikan warna tersendiri, bahkan memunculkan ragam bahasa
pada bahasa itu sendiri.
Dapat kita tarik kesimpulan bahwa sosiolinguistik dapat didefinisikan;
- Sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan pelbagai bahasa, serta hubungan antara para bahasawan dengan ciri dan fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa ( Kridalaksana 1978: 94)
- Pengkajian bahasa dengan dimensi kemasyarakatan (Nababan 1984:2)
Tahun
1964 diadakan konferensi pertama sosiolinguistik yang diadakan di
University of california, Los Angeles. Dari pertemuan itu di temukan 7
dimensi masalah dalam sosiolinguistik.
- 1. Identitas sosial dari penutur
- 2. Identitas sosial dari pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi.
- 3. Lingkungan sosial tempat peristiea tutur tejadi
- 4. Analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial
- 5. Penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk ujaran
- 6. Tingkat variasi dan ragam linguistik
- 7. Penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik.
Ketujuh bagian di atas sangat urgen untuk di ketahui sebelum memasaki bagian-bagian lain dalam linguistik.
Pengetahuan
akan sosiolinguistik dapat kita manfaatkan dalam berkomunikasi dan
berinteraksi dengan orang lain (masyarakat); ragam bahasa, bahasa apa
yang harus kita gunakan jika kita berbicara dengan orang tertentu,
dengan anak-anak, ayah, kakek dan dengan teman sepergaualan, mana bahasa
yang di pakai buat ujaran komunikasi, dan mana bahasa yang digunakan
dalam sebuah punulisan buku. Tentu antara semua itu mempunyai penggunaan
bahasa yang berbeda. Termasuk pula kita akan mengetahui etika dalam
berbahasa, kapan menggunaan kata saya, aku, kamu, anda dalam skrup
internal.
Setelah
kita mengetahui fungsi dari sebuah bahasa. Tidaklah kita berhenti
sampai disitu saja, pada hakikatnya bahasa adalah sebuah sistem lambang,
berupa bunyi, bersifat arbiter, produktif, dinamis, beragam, dan
manusiawi.
Bahasa
adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu di bentuk oleh
komponen-kompenen yang berpola secara tetap dan dapat di kaidahkan.
Namun, sebagai sebuah sistem, bahasa selain bersifat sistematis juga
bersifat sistemis. Dengan sistematis maksudnya, bahasa itu tersusun
menurut pola tertentu, tidak secara tersusun secara acak atau
sembarangan. Sedangkan sistemis artinya sistem bahasa itu bukan
meruapakan sebuah sistem tunggal, melainkan terdiri dari sejumlah
subsistem mprfologi, subsistem sintaksis, dan subsistem leksikon.
Sistem
bahasa yang dibicarakn di atas adalah berupa lambang-lambang dalam
bentuk bunyi; makna dan konsep. Seperti lambang basaha yang berbunyi
“Kuda” melambangkan konsep atau makna ‘sejenis binatang berkaki empat
yang bisa dikendarai.’ Lambang bunyi bahasa bersifat arbiter. Artinya,
hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannnya tidak bersifat
wajib, bisa berubah, dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang lambang
tersebut mengonsepi makna tertentu. Namun, meskipun lambang itu bersifat
arbiter, pun bersifat konvensional. Artinya setiap penutur bahasa akan
mematuhi hubungan antara lambang dengan dangan yang limabngkan, seperti
kasus kuda yang telah kita bicarakan.
Selain
itu, bahasa juga bersifat produktif. Dengan sejumlah unsur yang
terbatas, namun dapat di buat satuan-sautan dan ujaran-ujaran yang
hampir tidak terbatas. Kasus seperti ini bisa kita jumpai dalam kamus
bahasa Indonesia. 23.000 kata dalam kamus tersebut dalam di buat
beratus-ratus juta lagi. Bahasa juga bersifat dinamis, maksudnya, selalu
berubah-berubah sesuai kurun waktu dan kejadian-kejadian pada waktu
itu. Selian itu, jumlah penutur dan pengguna yang berbeda
juga bersifat heterogen dan mempunyai latar belakang yang berbeda, maka
pada akhirnya bahasa itu sendirimempunyai banyak ragam; Surabaya, Jogja,
Banyumas, Pekalongan, walau secara keseluruhan daerah tersebut
menggunakan bahasa jawa, namun bahasa jawa yang di gunakan mempunyai
perbadaan. Dan bahasa bersifat manusiawai, alat komunikasi yang verbal
hanya dimiliki manusia.
Dalam
konsep sisolinguistik, bahasa adalah alat, berfungsi untuk menyampaikan
pikiran, lebih luasnya (Fishman: 1973) fungsi bahasa dapat dilihat dari
sudut penutur, pendengar, topik, kode, dan amanat pembicaraan.
- 1. Dari sudut penutur bahasa bersifat pribadi, si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya.
- 2. Dari sudut pendengar, bahasa bersifat rediktif(mengatur tingkah laku pendengar) yaitu si pendengar melakukan kegiatan sesuai dengan yang dimaui si pembicara.
- 3. Dilihat dari sudut topik ujaran, bahasa sebagai refsensial maksudnya untuk membicarakan objek peristiwa yang terjadi di sekeliling penutur.
- 4. Sedangkan bahasa dari kode yang digunakan berfungsi metalinguistik, yakni bahasa digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri., seperti masalah ekonomi, politik, dsb.
- 5. Dan yang terakhir bahasa dari segi amanat, untuk menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan; baik yang sebenarnya atau yang sekedar imajinasi.
Sebagai
mana yang kita ketahui, bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi.
Komunikasi adalah proses pertukaran informasi anatara individual melalui
simbol, tanda, atau tingkah laku yang umum.
Ada
tiga komponen yang harus ada dalam berkomunikasi. 1. Pihak yang
berkomunikasi. 2. Informasi yang dikomunikasikan. 3. Alat yang digunakan
dalam komunikasi. Pihak yang berkomunkiasi minimal terdiri dari dua
orang 1. Sender (pengirim informasi) 2. Receiver (penerima
informasi). Sedangkan inrofmasi bisa berupa ide, gagasan, keterangan,
dsb. Alat yang digunakan dapat berupa gambar, petunjuk, juga bisa gerak
tubuh (kinesik).
Dalam
komunikasi bahasa, terdapat dua macam komunikasi; searah, dan
komunikasi dua arah. Dalam komunikasi searah, si pengirim tetap sebagai
pengirim dan si penerima tetap menjadi penerima. Sifat dari komunikasi
searah lebih pada pemberitahuan, cotohnya sepeti Khutbah di mesjid
gereja tanpa melakukan tanya jawab. Sedangkan komunikasi dua arah, si
pengirim bisa menjadi penerima, pun si penerima bisa jadi pengirim.
Contohnya dalam rapat, diskusi, perundingan, dsb.
Sebagai alat komunikasi, bahasa itu sendiri terdiri dari dua aspek, yaitu aspek lingustik, dan aspek nonlinguistik.
Aspek linguistik mencakup tataran fonologis, morfologis, dan sintaksis.
Ketiga tataran ini mendukung terbentuknya yang akan di sampaikan, yaitu
semantik (makna, gagasan, ide, konsep). Adapun nonlinguistik mencakup. 1. Kualitas ujaran, seperti falseto (suara tinggi), stacatto (suara terputus-putus) dsb. 2. Unusr supra segmental yaitu tekanan (stres), nada (pitch) dan intonasi. 3. Jarak dan gerak-gerik tubuh. 4. Rabaan, yang berkenaan dengan indra perasa.
Sebagai
manusia, tentu kita berbeda dari hewan dari berbagai aspek, walau
mempunyai kesamaan yaitu mengeluarkan bunyi. Disini manusia mempunyai
banyak keistimewaan, diataranya:
- 1. Bahsa itu mengunakan jalur vokal auditif.
- 2. Partisipan dalam komunikasi bahasa dapat saling berkomunikasi.
- 3. Lambang bahasa itu menjadi umpan balik yang lengkap.
- 4. Lambang-lambang bunyi dalam komunikasi bahasa adalah bermakna atau merujuk pada hal-hal tertentu.
- 5. Hubungan antara lambang bahasa dengan maknanya bukan di tentukan oleh adanya suatu ikatan antara keduanya; tetapi ditentukan oleh suatu persetujuan atau konvensi di antara penutur suatu bahasa.
- 6. Bahasa sebagai alat komunikasi manusia dapat dipisahkan menjadi unit satuan-satuan, yakni kalimat, kata, morferm, dan fonem.
- 7. Kepandai dan kemahiran untuk menguasai aturan-aturan dan kebiasaan-kebiasaan berbahasa manusia diperoleh dari belajar, bukan melalui gen-gen yang di bawa sejak lahir.
- 8. Basaha dapat digunakan untuk menyatak yang benar dan tidak benar, atau jug ayang tidak bermakna secara logika.
- 9. Dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar